Inilah 5 Fakta Jelek Polisi Indonesia

Inilah 5 Fakta Jelek Polisi Indonesia - Polisi merupakan sebuah institusi yang harus ada di sebuah negara demi sebuah keamanan warga sipilnya. Sayangnya keberadaan Polisi sebagai penegak hukum memiliki citra yang sangat buruk di mata masyarakat, berikut lima penyebab utamanya.

1. Atasan Korup
Polisi tidak akan bisa menolak akan fakta ini. Bukti kongkrit tentu saja korupsi yang dilakukan oleh Jenderal Djoko Susilo yang menelan uang negara sebesar Rp. 196.000.000.000. Bayangkan saja seorang jenderal korupsi, padahal slogan Polisi adalah eksekutor hukum. Kasus yang menjeratnya adalah kasus pengadaan SIM.

Kasus ini saat beredar tidak henti menghiasi layar kaca karena menjadi borok yang nyata di lembaga hukum indonesia. Bahkan menurut data KPK, 50% korupsi yang terjadi di tubuh polri ada di KORLANTAS. Makanya wajah jelek polisi yang sudah melekat di masyarakat bukannya menjadi bersih, justru bertambah kotor dan memalukan.

2. Bawahan Pemeras
Kalau atasan polisi korup, mana mungkin bawahnya korup, soalnya uangnya sudah habis. Nah, maka dari itu pemerasan adalah jalan keluarnya. Tidak perlu dipaparkan bagaimana pemerasan yang dilakukan oleh polisi, di jalan raya teman, sahabat pasti sudah pernah merasakan bagaiamana dengan segala alasan pada akhirnya ditilang. Kalau yang salah wajar, tapi seringkali tidak salah dicari-cari kesalahan, ya pasti nemu. Tutup pentil lah, marka jalan dilewati sedikit lah, dll. Ga’ usah cerita untuk yang satu ini, Panduan Menarik yakin pembaca sudah banyak mengerti.

Yang sedang marak adalah jebakan-jebakan oknum sehingga korban seolah tertangkap menjadi pengguna Narkoba. Seperti yang menimpa Aan Susandhi 14 Desember 2009 (Kompas, 30 Desember 2009). Ditemukan bubuk ekstasi, tapi setelah dites urin negatif, tapi tetap ditahan juga. Kalau anda kena tilang, pasti juga seperti tawar menawar pada pedagang bukan? Sebenarnya mau nilang atau... tit... sensor aja lah...

3. Menambah Masalah
Ada semacam pedoman di Masyarakat, “Jangan berurusan dengan polisi, masalah tambah runyam”. Ini merupakan kalimat masyarakat yang terlanjur kecewa dengan polisi. Bagaimana tidak, bila anda kemalingan sepeda motor kemudian lapor ke polisi, laporan anda akan dianggap seperti angin lalu jika anda tidak memberi pelicin yang bahkan banyaknya mungkin seharga motor anda lebih sedikit.

Contoh lain ketika anda bersenggolan ketika berkendara dengan orang lain, lebih baik anda selesaikan secara kekeluargaan, karena jika dibawa ke kantor polisi, maka mereka tidak hanya menyelesaikan masalah anda, tapi mulai mencari kesalahan anda yang lain seperti memeriksa SIM, KTP, dan pada akhirnya anda yang awalnya kehilangan ayam akan menjadi kehilangan kambing di kemudian hari.

Makanya slogan “Kami siap melayani anda” adalah pencitraan saja, terlalu naif dengan fakta yang ada di lapangan. Makanya kalau jenderalnya korupsi dengan lihai, maka bawahannya mencari lembaran ratusan ribuan di jalanan.

4. Menambah Rasa Takut
Adanya polisi di Indonesia sangat berbanding terbalik dengan adanya polisi di negara lain, terutama negara maju. Di Indonesia bila anda sedang berkendara kemudian menemukan polisi di depan anda, pasti perasaan yang muncul adalah cemas akan ditilang, bukan merasa aman, padahal mereka penjaga keamanan. Makanya polisi di Indonesia sebenarnya pemicu rasa takut dini. Anehnya polisi di Indonesia juga selalu ada di saat yang sangat tidak tepat.

Maksudnya ketika ada acara razia, tilang menilang, polisi sangat kompak sekali, berjama’ah di bawah pohon memberhentikan pengendara, jumlahnya belasan. Tapi kalau sudah jalanan macet, banjir, ada lampu merah yang mati, pasti anda hanya lihat polisi hanya satu atau dua orang saja (nah polisi ini yang sebenarnya baik, ikhlas, dan tulus). Sebenarnya tugasnya polisi mengatur lalu lintas atau nilang ya? Hehehehehe...

5. Selalu Berujung Duit
Coba anda search di google tentang kata kunci ini. Pasti ada satu kisah menarik di YAHOO ANSWER. Di situ diceritakan ketika seorang melapor polisi karena ada pencurian di rumahnya, kemudian tersedia banyak bukti seperti jejak kaki dll. Namun ketika diminta untuk datang mereka justru menjawab ada biayanya. Masalahnya seringkali kasus yang ditangani tidak terselesaikan. Kecuali kalau masalah teroris. Pokoknya ada duit ada polisi, gitu aja dah.

Maaf ya, tapi memang nyata sih. Makanya sekarang tidak ada yang hormat pada polisi, bahkan penembakan polisi sering terjadi, pengroyokan polisi juga sering terjadi, soalnya masyarakat sudah gerah. Apalagi kasus-kasus seperti polisi memakai narkoba, memperkosa tahanan, menyiksa sipil, selingkuh, sudah sering menghias surat kabar.

Makanya membedakan mana polisi yang baik dan yang tidak saat sudah pensiun. Kalau baik pasti banyak masyarakat yang menyukai, tapi kalau jelek, justru dibennncccciiii.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar