Dola, Wanita Tua Yang Puluhan Tahun Hidup di Dalam Gua - Seorang perempuan di Pinrang, Sulawesi Selatan, hidup sebatang kara di sebuah gua batu selama puluhan tahun. Setiap hari dia tidur di sela-sela batu. Pakaiannya dari pemberian warga yang kini sudah compang-camping.
Untuk bisa bertahan hidup, setiap hari perempuan bernama Dola itu hanya tumbuhan liar di hutan, seperti dedaunan, pisang, sikapa, atau beberapa tanaman umbi-umbian. Untuk minum, dia mengambil air yang muncul di sela-sela batu tidak jauh dari gua itu.
Gua batu tempat Dola tinggal terletak di tengah hutan persis di Desa Kariango, Kecamatan Lembang, Pinrang. Bila hujan turun, Dola kerap basah kuyup karena gua itu kemasukan air. Dola kerap menepi lebih dalam di bawah batu sambil duduk agar tak kehujanan. Di malam hari, di hanya membalut tubuhnya dengan karung plastik.
Puluhan tahun lalu, Dola memang pernah merasakan kehangatan hidup di tengah keluarga bersama ayah dan ibu, termasuk dua saudaranya. Namun sejak kedua orangtuanya meninggal dunia dan sudaranya menikah, tinggallah Dola seorang diri.
Dola sempat tinggal bersama sudarana beberapa tahun sebelum memilih hidup di sela batu seorang diri. Dola mengaku mengasingkan diri di tengah hutan karena tak ingin menjadi bebani hidup kelurga sudaranya.
Meski tinggal di tengah hutan dola tak pernah berharap belas kasih dari sanak keluarga atau tetangga. Dola tak pernah tahu ketika warga miskin lainnya tengah berebut bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) atau beras raskin yang menjadi haknya.
Tak mudah bertemu dengan Dola di gua batu miliknya, kecuali saat menjelang malam hari. Saat Subuh hari Dola sudah meninggalkan gua itu untuk merambah hutan di sekitarnya demi mencari buah-buahan atau dedaunan yang bisa dimakan.
“Saya makan dedaunan, pisang dan sikaporo atau umbi-umbian yang tumbuh liar di tengah hutan,” ujar Dola dalam bahasa daerah. Dola cukup terampil dalam mengolah umbi yang didapatnya karena ada juga umbi yang beracun.
Sejumlah warga termasuk sudaranya pernah menawarinya meninggalkan gua batu itu dan tinggal di desa bersama mereka. Namun Dola menolak karena tidak mau menjadi beban bagi siapapun.
Perempuan tak bisa berbahasa Indonesia ini hanya mengerti bahasa daerah Pattinjo. Meski hidup dan makan tak menentu, Dola tak pernah berkeluh kesah kepada siapa pun. Dola hanya menjawab pertanyaan warga seperlunya saja, ketika ditanya warga. | Tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar