Kisah Zaenal, Bocah Penjaga Perlintasan Kereta di Duri Kosambi

Kisah Zaenal, Bocah Penjaga Perlintasan Kereta di Duri Kosambi - Badannya kecil, tinggi kurang dari 160 sentimeter. Zaenal (16) memang terlihat lemah tapi soal keberanian tidak usah ditanyakan. Dengan gagah, bocah berkulit gelap ini akan memarahi setiap pengendara yang nekat melintas di perlintasan kereta Duri Kosambi, Cengkareng Jakarta Barat, jika sudah ada tanda KRL akan melintas.

Dengan tongkat kayu sepanjang sekitar 30 sentimeter dan peluit yang dikalungkan di leher yang menempel setiap saat di mulutnya, warga RT 1, RW 7 Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat ini selama empat jam 'bertugas' di perlintasan yang berada tidak jauh dari Stasiun Rawa Buaya. Di perlintasan yang tidak memiliki palang pintu tersebut, Zaenal berjaga dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB.

Bocah yang hanya tamatan sekolah menengah tingkat pertama ini mengaku sudah kenyang dimarahi pengendara saat dirinya menghadang kendaraan saat kereta akan melintas. Bermacam kata umpatan seolah tidak mempan di telinganya.

"Sudah bosan bang diomelin. Dari dibilang 'anjing', 'tai'. Sudah bosan saya dengarnya. Tapi tetap saja, kalau ada kereta mau lewat, mobil motor tetap saya berhentiin," ujarnya kepada merdeka.com, Rabu (11/12).

Dalam sehari, sulung dari empat bersaudara ini mengaku bisa mendapatkan Rp 30 ribu. Uang tersebut, ujarnya digunakan untuk keperluannya sehari-hari. "Biasanya uangnya juga bagi dua sama teman," kata Zaenal.

Selama dua tahun menjaga perlintasan kereta Duri Kosambi, Zaenal juga menjadi saksi mata kecelakaan antara kereta dengan kendaraan. Salah satunya kecelakaan yang terjadi pada Sabtu (30/11) silam, saat mobil Yaris dihantam KRL yang mengakibatkan dua penumpang mobil tewas.

"Waktu itu pas mobil mau nerobos, saya sudah sempat tahan, tapi mobil jalan terus," ujar dia. | Merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar