Inilah 6 Fakta Yang Harus Diketahui Dari Sinetron Indonesia

Inilah 6 Fakta Yang Harus Diketahui Dari Sinetron Indonesia - Sinetron atau sinema elektronik adalah drama seri yang ditayangkan di televisi. Sebagian besar orang Indonesia sangat senang nonton sinetron. Tapi, tau gak, ternyata ada beberapa fakta tentang sinetron yang perlu kita ketahui. Kalau disebutin, banyak banget sih. Tapi, cukup kita ambil yang penting2 aja.

Berikut fakta-fakta yang harus diketahui dari sinetron.

1. Sebagian besar perbuatan tokoh antagonis melanggar hukum dan HAM
Tokoh-tokoh antagonis dalam sinetron sering kali melakukan perbuatan di luar batas wajar. Yang paling sering adalah fitnah dan penghasutan. Perbuatan fitnah dan penghasutan ini merupakan pencemaran nama baik yang diatur dalam Undang-Undang (UU) di Indonesia.

Selain itu, dalam sinetron, kita sering melihat tokoh tritagonis yang dipaksa bekerja sebagai pembantu tanpa gaji. Ini bener2 perbuatan kuno karena tindakan ini secara tidak langsung mengajarkan penonton untuk melakukan perbudakan, penindasan, dan kerja paksa (kayak zaman Van den Bosch aja).

2. Tokoh antagonis sering melakukan kejahatan terencana
Nah, kalo yang ini bener² kayak pembunuhan Nasruddin Zulkarnain. Kejahatan terecana ini sering dilakukan untuk menjatuhkan tritagonis (tokoh baik). Padahal, dalam agama manapun (khususnya Kristen), pikiran kita DILARANG KERAS merancang akal busuk untuk menjatuhkan lawan secara tak adil hanya karena masalah² sepele.

Secara tidak langsung, ini mengajarkan penonton untuk menyusun segala sesuatu dengan matang (positif) tapi untuk kejahatan (negatif).

3. Perbuatan antagonis sering ogah dipertanggungjawabkan
Ibarat peribahasa "lempar batu sembunyi tangan", perbuatan tokoh antagonis yang sering melempar batu (berbuat jahat) kepada tritangonis sering disembunyikan begitu saja. Cara menyembunyikan ada dua, yaitu dengan pura2 bego (padahal emang bego) atau menyalahkan orang lain yang lebih lemah.

Ini kan, salah banget. Soalnya, secara tidak langsung, perbuatan ini telah mengajarkan dua hal negatif kepada penonton, yaitu berbohong dan ogah untuk bertanggung jawab.

4. Tokoh tritagonis sering melakukan pembiaran
Khusus untuk bagian ini, saya ingin membahas tentang tokoh tritagonis. Sudah tahu dijahatin, bukannya membela diri (minimal bales nuduh), malah membiarkan.

Inilah yang membuat tokoh antagonis makin leluasa melakukan kejahatnnya. Coba kalo minimal dibales nuduh, kan pasti mereka agak segan dan ogah berbuat jahat lagi.

5. MEMBAWA ANAK-ANAK!!!!!!!!!!!!!!
Nah, ini yang terparah. Kini, banyak sinetron yang menjadikan anak² (khusunya yang masih kecil) sebagai bintang sinetron. Kalo dulu para orangtua bisa ngomong "ini bukan tontonanmu karena orang gede semua" pas anaknya nonton sinetron, sekarang gak bisa lagi. Anak-anak yang menonton punya alasan untuk membela diri.

Padahal, menjadikan anak² kecil sebagai bintang sinetron adalah perbuatan yang salah banget karena anak-anak lain yang menyaksikan biasanya akan ikut terpengaruh (terutama tokoh antagonis) olehnya.

6. Tidak mementingkan keberadaan nilai moral
Dari semua uraian di atas, inti dari artikel ini adalah judul bagian di atas. Sinetron jauh lebih mementingkan nilai industri daripada nilai moral. Sesuai dari pernyataan nomor 1-4, bisa disimpulkan bahwa para pembuat sinetron hanya memikirkan keseruan sinteron daripada nilai moral.

Perbandingan nilai moral dengan nilai negatif adalah 2:8! Inilah penyebab sinetron memiliki kuasa hukum untuk mempertanggungjawabkan aksi mereka di layar kaca.

Saya hanya memberi pendapat lho. Tidak bermaksud mengejek atau menyinggung. Ini bebas kok pelaksanaanya. | Pulsk.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar