Inilah 5 Aksi Konyol Para Pendukung Bayaran Gubernur Banten Ratu Atut - Ribuan massa dari Banten menyemut di depan Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) mendukung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang saat itu sedang diperiksa sebagai tersangka dalam perkara Pilkada Lebak dan proyek alat kesehatan di Tangerang Selatan, Jumat (20/12) kemarin. Mereka berkoar-koar membela Atut dan mencemooh KPK .
Namun, ternyata banyak dari mereka yang tidak mengetahui tujuannya datang ke KPK , Jakarta. Bahkan mereka tidak mengetahui kasus yang menimpa Atut.
Mereka mengaku tergiur dengan uang yang dijanjikan oleh koordinator aksi. Untuk itulah mereka mau saja ikut bersama rombongan ke KPK .
Bahkan, setelah Atut digiring untuk dijebloskan ke Rutan Pondok Bambu, pendukungnya tak bereaksi. Mungkin karena tak tahu isu yang sedang terjadi itulah mereka tidak mendukung Atut yang ditahan.
Berikut aksi konyol pendukung Atut yang dirangkum merdeka.com, Sabtu (21/12):
1. Pengen lihat Jakarta
Ribuan pendukung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah demo di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), salah satunya anak SMP bernama Botem (12). Botem mengaku ikut demo untuk melihat suasana Ibu Kota.
"Dari Tangerang, ikut saja sama teman-teman. Kapan lagi pergi ke Jakarta," kata Botem yang masih duduk di bangku SMP kelas XIII ini saat berbincang dengan merdeka.com di depan Gedung KPK, Jakarta, Jumat (20/12).
Ikut demonstrasi kali ini, lanjut Botem, dirinya dijanjikan sejumlah uang untuk demo mendukung Atut. Namun, Botem tak tahu apakah janji itu terealisasi atau tidak.
"Saya sih maunya dikasih Rp 200 ribu seorang, tapi katanya cuma Rp 30 ribu. Yang penting kan ke Jakarta mumpung lagi libur sekolah," jelas Botem sambil bercanda dengan temannya.
2. Tidak tahu kasus Atut
Seorang nenek-nenek, memakai baju gamis putih mengaku hanya ikut rombongan ke KPK. Bahkan, dia tidak tahu tentang kasus Atut.
"Ya ikut aja, tadi diajak. Nggak tahu (kasus Atut) itu." jelasnya saat ngobrol dengan merdeka.com di depan Gedung KPK, Jumat (20/12).
3. Berharap uang, kopi dan rokok
Para pendemo yang berangkat langsung dari Banten datang bukan tanpa alasan. Mereka mengaku mengikuti demo karena dijanjikan uang oleh koordinator aksi.
"Dapat uang Rp 100 ribu. Makan, rokok sama kopi juga," kata salah seorang pendemo, Erdi kepada merdeka.com di lokasi, Jumat (20/12).
Tetapi, lanjutnya, pembayarannya akan diberikan setelah mereka kembali ke tempatnya masing-masing. "Nanti dapatnya, kalau udah balik (ke Banten)," terangnya.
4. Enggak tahu KPK
Ternyata, peserta demonstrasi itu banyak yang tidak paham dengan tujuan demo. Mereka juga mengaku capek dan menyesal ikut demonstrasi itu sebab merasa tidak mendapat apa-apa.
"Engga tau lah (soal kasus Atut). Ke sini aja ikut-ikut, diajak juga dari LSM (koordinator). Sebenarnya sih nyesel ikut ke sini, dapet capeknya doang, males ikut ribut-ribut, mendingan saya duduk aja," kata seorang peserta demonstrasi, Jumat (20/12).
Pria yang mengaku asli Banten itu menjelaskan, dia dan teman-temannya itu dikoordinir. Sebelum berangkat ke Jakarta, mereka dikumpulkan sejak subuh di stadion. Setelah itu mereka berangkat ke Jakarta. Apakah mendapat duit? Pria itu menjawab, "enggak tahu saya."
Apakah anda tahu apa itu KPK? Dia menjawab, "Komisi Pemberantasan Korupsi. Enggak tahu kerja-nya ngapain, paling nangkep orang."
5. Dijanjikan ketemu presiden
Para pendemo ternyata ada juga yang ditipu koordinator aksi supaya mau diajak demonstrasi. Mereka awalnya dijanjikan bertemu dengan Presiden.
"Katanya diajak mau ketemu Presiden. Yah saya ikut-ikut aja lah," kata seorang pendemo saat berbincang dengan merdeka.com di depan Gedung KPK, Jumat (20/12).
Pemuda berambut gondrong itu mengaku sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan. Dia tak tahu kasus Ratu Atut yang sedang ramai. Hanya ikut-ikutan saja.
"Enggak tahu saya. Saya juga kesini nyesel, mendingan di rumah dapet duit juga," katanya.
Dia mengaku datang ke Jakarta bersama teman-temannya dua bus. Tak ada yang paham kenapa mereka tiba-tiba dibawa ke depan gedung KPK. | merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar