Khusnudhon, tapi jangan mudah percaya jike belum bertatap ukhti.. |
Bismillahirrahmanirrahim…
“Kira-kira aku pantes nggak ya bersanding dengannya. Dia berilmu, sedangkan aku? Jauh dari berilmu.”
“Siapa?” aku mengalihkan pandangan langsung ke matanya.
“Kemarin ada yang ngelamar aku.”
“Hah! Terus-terus?”aku memburu.
“Aku belum berani ngasih jawaban.” Matanya meredup, ada ragu yang nggak bisa ditutupinya.
“Orangtuamu gimana?” aku makin penasaran.
“Mereka belum aku beri tahu,”katanya lagi.
“Lho, terus dia ngelamar lewat siapa?”
“Lewat chat Facebook, soalnya dia jauh di sebrang sana.”
“Heh!”Aku agak terkejut, walaupun aku sering mendengar kalau banyak yang menikah karena bertemu lewat facebook. Tapi kali ini menimpa sahabatku sendiri.
“Terus kamu tahu dia berilmu dari mana?”tanyaku lagi.
“Ya dari obrolan kita, dari status-statusnya, dari Link-link yang sering dia share buat aku. Dia juga anti pacaran sama kayak aku, cuma ya itu, kalo aku mau nerima aku harus mau nunggu dia selesai kuliah dan kerja dulu.”
Alisku terpaut, resah dan bingung,”Kalo dia memang masih mau nyelesain kuliah atau kerja dulu, kenapa ngelamarnya sekarang? Lewat Facebook pula? Kenapa nggak langsung sama orangtuamu?”
Dia mengangkat bahunya,”entahlah, tapi aku sudah terlanjur memiliki perasaan dan berharap padanya. Cuma aku nggak tahu harus bagaimana, mau diterima tapi nggak pasti, nggak diterima aku terlanjur suka sama dia. Kriteriaku banget.”
Aku menghela nafas, aku juga bingung apa yang harus aku lakukan pada sahabatku ini.
“Kira-kira aku pantes nggak ya bersanding dengannya. Dia berilmu, sedangkan aku? Jauh dari berilmu.”
“Siapa?” aku mengalihkan pandangan langsung ke matanya.
“Kemarin ada yang ngelamar aku.”
“Hah! Terus-terus?”aku memburu.
“Aku belum berani ngasih jawaban.” Matanya meredup, ada ragu yang nggak bisa ditutupinya.
“Orangtuamu gimana?” aku makin penasaran.
“Mereka belum aku beri tahu,”katanya lagi.
“Lho, terus dia ngelamar lewat siapa?”
“Lewat chat Facebook, soalnya dia jauh di sebrang sana.”
“Heh!”Aku agak terkejut, walaupun aku sering mendengar kalau banyak yang menikah karena bertemu lewat facebook. Tapi kali ini menimpa sahabatku sendiri.
“Terus kamu tahu dia berilmu dari mana?”tanyaku lagi.
“Ya dari obrolan kita, dari status-statusnya, dari Link-link yang sering dia share buat aku. Dia juga anti pacaran sama kayak aku, cuma ya itu, kalo aku mau nerima aku harus mau nunggu dia selesai kuliah dan kerja dulu.”
Alisku terpaut, resah dan bingung,”Kalo dia memang masih mau nyelesain kuliah atau kerja dulu, kenapa ngelamarnya sekarang? Lewat Facebook pula? Kenapa nggak langsung sama orangtuamu?”
Dia mengangkat bahunya,”entahlah, tapi aku sudah terlanjur memiliki perasaan dan berharap padanya. Cuma aku nggak tahu harus bagaimana, mau diterima tapi nggak pasti, nggak diterima aku terlanjur suka sama dia. Kriteriaku banget.”
Aku menghela nafas, aku juga bingung apa yang harus aku lakukan pada sahabatku ini.
^^^^^^
Bukan cinta namanya kalau nggak bikin bingung, nggak bikin galau, nggak bikin nyesek. Tapi pernah nggak sih sahabat BMB ngerasain dilamar atau ngelamar lewat facebook?
Berjuta rasanya ketika ada seseorang yang menyatakan ingin mengkhitbahmu meski lewat facebook, sms atau telpon. Hanya saja ketika kamu dikhitbah, apakah kamu meyakini dia akan menyikapi dengan serius atau hanya sebuah keinginan semata untuk menghalalkan KEDEKATAN kalian?
Hati-hati! Kamu nggak pernah tahu keseriusan seseorang sebelum dia datang kepada walimu, apalagi ada embel-embel nanti datang ke orang tuamu setelah lulus kuliah atau setelah dapat kerja. Lalu buat apa mengkhitbah kalau pada akhirnya dia nggak yakin dengan kemampuannya sendiri, justru melibatkanmu dalam penantian dan kegalauan. Bukankah hal ini menjadi jalan syetan untuk membawamu mengikuti kemauannya?
Bila kamu memang menyukainya, yakinkanlah dia untuk segera menemui orangtuamu tapi nggak dengan saling merayu apalagi termakan rayuan dengan menyetujui proses tanpa ada wali atau orangtua yang tahu. Kalau sampai itu terjadi apa bedanya dengan pacaran, hanya nama saja yang berbeda.
Nggak ada yang bisa didapatkan dari ketidakpastian selain rasa kecewa, tangis, dan galau. Jadi ketika dia memang masih nggak yakin dengan waktu untuk bertemu dengan orangtuamu, sudahlah… hentikan untuk berharap. Segera kembali berharap pada Allah Azza Wa Jalla, biarkan Dia yang menunjukkan jalannya untukmu. Jika memang kamu berjodoh dengannya, sekarang ataupun nanti dia akan tetap menjadi pasanganmu, hanya saja dengan jalan yang pantas dan diridhoi-Nya.
So, mulailah berbenah. Jangan tergoda dengan status-status dari lawan jenismu, sms-sms yang nggak penting dari lawan jenismu. Jangan sampai kamu membuka pintu syetan lalu dengan tunduk kamu memasukinya. Pastikan, kamu membuka hati dan logikamu. Terjebak dalam ketidakpastian cuma akan membuatmu nggak berdaya bahkan jauh dari kebenaran yang ingin membuatmu kembali pada-Nya, atau kamu dengan rela menjauh dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Percayalah, Allah selalu memberikan jalan yang nggak pernah kamu sangka, jadi jangan pernah terjebak dari jalan yang Allah jauhkan darimu. Cinta bukan hanya kata, ia seharusnya berbuah surga bukan petaka.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. ath-Thalaq: 2-3)
Berjuta rasanya ketika ada seseorang yang menyatakan ingin mengkhitbahmu meski lewat facebook, sms atau telpon. Hanya saja ketika kamu dikhitbah, apakah kamu meyakini dia akan menyikapi dengan serius atau hanya sebuah keinginan semata untuk menghalalkan KEDEKATAN kalian?
Hati-hati! Kamu nggak pernah tahu keseriusan seseorang sebelum dia datang kepada walimu, apalagi ada embel-embel nanti datang ke orang tuamu setelah lulus kuliah atau setelah dapat kerja. Lalu buat apa mengkhitbah kalau pada akhirnya dia nggak yakin dengan kemampuannya sendiri, justru melibatkanmu dalam penantian dan kegalauan. Bukankah hal ini menjadi jalan syetan untuk membawamu mengikuti kemauannya?
Bila kamu memang menyukainya, yakinkanlah dia untuk segera menemui orangtuamu tapi nggak dengan saling merayu apalagi termakan rayuan dengan menyetujui proses tanpa ada wali atau orangtua yang tahu. Kalau sampai itu terjadi apa bedanya dengan pacaran, hanya nama saja yang berbeda.
Nggak ada yang bisa didapatkan dari ketidakpastian selain rasa kecewa, tangis, dan galau. Jadi ketika dia memang masih nggak yakin dengan waktu untuk bertemu dengan orangtuamu, sudahlah… hentikan untuk berharap. Segera kembali berharap pada Allah Azza Wa Jalla, biarkan Dia yang menunjukkan jalannya untukmu. Jika memang kamu berjodoh dengannya, sekarang ataupun nanti dia akan tetap menjadi pasanganmu, hanya saja dengan jalan yang pantas dan diridhoi-Nya.
So, mulailah berbenah. Jangan tergoda dengan status-status dari lawan jenismu, sms-sms yang nggak penting dari lawan jenismu. Jangan sampai kamu membuka pintu syetan lalu dengan tunduk kamu memasukinya. Pastikan, kamu membuka hati dan logikamu. Terjebak dalam ketidakpastian cuma akan membuatmu nggak berdaya bahkan jauh dari kebenaran yang ingin membuatmu kembali pada-Nya, atau kamu dengan rela menjauh dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Percayalah, Allah selalu memberikan jalan yang nggak pernah kamu sangka, jadi jangan pernah terjebak dari jalan yang Allah jauhkan darimu. Cinta bukan hanya kata, ia seharusnya berbuah surga bukan petaka.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. ath-Thalaq: 2-3)
Sumber :
Gambar ilustrasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar